Menara Kudus adalah bangunan tua yang terbuat dari batu
bata merah berbentuk Menara yang merupakan hasil akulturasi kebudayaan
Hindu-Jawa dan Islam. Menara Kudus bukanlah bangunan bekas Candi Hindu
melainkan menara yang dibangun pada zaman kewalian / masa transisi dari
akhir Kerajaan Majapahit beralih ke zaman Kerajaan Islam Demak. Bentuk
konstruksi dan gaya arsitektur Menara Kudus mirip dengan candi-candi
Jawa Timur di era Majapahit sampai Singosari misalnya Candi Jago yang
menyerupai menara Kulkul di Bali. Menara Kudus menjadi simbol “Islam
Toleran” yang berarti Sunan Kudus menyebarluaskan agama Islam di Kudus
dengan tetap menghormati pemeluk agama Hindu-Jawa yang dianut masyarakat
setempat.
Rokok Kretek kudus Perkembangan rokok kretek di Kudus tidak terlepas dari peran M.
Nitisemito. M. Nitisemito adalah pemuda yang cerdas, ulet dan takarruf,
mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Sifat-sifat inilah terutama yang
kelak membawa dirinya ke puncak ketenaran, sebagai seorang Raja Kretek.
Sebelum memproduksi rokok, Niti Semito adalah carik Kampung Djanggalan,
kemudian berniaga di Mojokerto dan akhirnya kembali ke Kudus berdagang
batik dan membuka warung di rumahnya (Jl Sunan Kudus 120), yang
menyediakan selain kebutuhan hidup sehari-hari juga bahan baku rokok
kretek yaitu tembakau, klobot (daun jagung) dan jinggo/ benang.
Menjelang tahun 1905, karena rokok kretek buatannya dikenal sangat enak,
maka Niti Semito membuat rokok kretek berdasarkan pesanan
sahabat-sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar